Cerita Sex Kota Kusetubuhi Ibuku Disaat Ayah Kerja Part 2
Sudah seminggu saya menceboki ibu, lobang
anusnya dan vaginanya sudah saya sentuh dan ku usap-usap, tapi belum pernah
sekalipun melihatnya secara dekat vaginanya ibuku, saya selalu dalam posisi
dibelakangnya ibu, jadi ketika vaginanya sedang merekah saya tidak bisa
melihatnya.
Selama seminggu itu saya membantu pekerjaan
rumah tangga ibu full, mulai dari memasak, menyapu, menyuapi ibu juga pekerjaan
lain yang biasanya dikerjakan ibu, kini saya yang melakukannya.
Sesekali ayah menelpon ibu menanyakan kabar ibu
dan saya, ibu merahasiakan kejadian yang sebenarnya kepada ayah, saya merasa
senang mendengar ibu merahasiakan dari ayah bahwa tangannya ibu sedang sakit,
juga pantat dan vaginanya telah dicolek-colek olehku.
Kini tangan ibu sudah dilepaskan dari
perbannya, meskipun setiap hari saya bantu ibu melepaskan perbannya yang sudah
lusuh. Dikamar ibu saya menemani ibu ngobrol, ibu tiduran saya dipinggir kasur
duduk.
"Nak mulai sekarang kamu tak usah
menceboki ibu lagi, tangan ibu sekarang sudah mulai membaik.. makasih yaa nak
kamu sangat perhatian sama ibu.."
"Yaahh padahal saya senang kok Bu membantu
cebokin ibu, kalo bisa sih pengen selamanya Bu.. hehee" kataku bercanda
padahal emang iya.
"Hush! Gak boleh pamali nak.. tapi kamu
selama ayah dikota disini aja tidurnya temenin ibu.. ibu suka kesepian tak ada
teman ngobrol ya nak..?"
"Baik Bu.. tentu Anton akan temani ibu
disini.."
"Tapi ingat hanya malam aja yaa.. "
"Kenapa hanya malam aja Bu?"
"Kan kamu punya kamar sendiri Anton, masa
punya kamar gak dipakai"
"Ohh.. ywdh Bu ga apa-apa... Coba Anton
lihat tangan ibu apa sudah mendingan?" Saya bergeser mendekati ibu yang
sedang tiduran, lalu kulihat tangannya masih agak hitam sedikit.
"Gimana kalau ayah tau Bu, kalau tangan
ibu kesiram air panas gara-gara Anton.. anton pasti dimarahin ayah.."
"Jangan khawatir nak, kalaupun ayahmu
datang sebelum tangan ibu sembuh, tentu takkan ibu bilang yang sebenarnya..
kamu anak ibu satu-satunya nak... Dulu kamu ingat waktu ayahmu memarahimu
karena tidak sekolah? Ibu selalu membelamu, ibu aja gak tega memarahimu
nak."
"Makasih Bu, Anton sayang ibu... Hmm..Bu
sekali ini saja boleh Anton tidur disamping ibu?"
"Kenapa tidak nak, sini tidur disebelah
ibu tempatnya masih lega.." saya pun tidur disamping ibu, kupeluk ibuku
dari belakang, ibuku membiarkannya.
Belahan pantat ibu yang besar menempel
dipenisku, "nak, punya kamu mengganjal dipantat ibu tuh..." Kata ibu.
"Maaf Bu, apa ibu merasa risih Anton
peluk?" Kataku sambil memeluk ibu.
"Hmm..tidak sih nak, cuman agak aneh aja
ibu ngerasainnya.. ehh.. maksud ibu geli aja nak..."
Malam pertama bersama ibu saya memeluk ibu dari
belakang, meskipun awalnya terasa aneh ibu rasakan, penisku mengeras dipantat
ibu.
Malam kedua yang awalnya ibu menyuruh saya
tidur dikasur lantai, malah sekarang tidur dikasur disamping ibu seranjang
berdua sambil memeluk ibu.
Malam ketiga keempat kelima sampai seminggu,
saya dan ibu sudah biasa tidur berdua memeluk ibu.
***
Beberapa hari berlalu tangan ibu sudah membaik
dan sudah terlihat normal, ritual rutin memeluk ibu masih berlanjut bahkan
semakin meningkat, mulai dari nonton tv, memasak bahkan tidur seranjang pun
sambil memeluk ibu.
***
Dikampung keluarga kami punya beberapa petak
sawah, kebetulan sawah kami baru keluar biji padinya yang masih terlihat muda.
Setiap pagi atau sore saya selalu mengeceknya, memperbaiki irigasinya atau
menyemprotnya.
Saung kami berada ditengah-tengah sawah dengan
atap daun kelapa kering yang dianyam dan pinggirannya ditutup bilik dengan
tinggi semeter, saung kami dengan saung yang lain sangat berjauhan karena tidak
semua yang punya sawah membuat saung.
Saya dan ibu sekarang selalu pergi bersama
kesawah, memang dari dulu seperti itu. Karena ayah biasanya datang kalau lagi
panen saja.
Sudah hampir sebulan sejak saya pertama kali
memeluk ibu dikasur, kini terkadang ibu memelukku dari belakang. Sebenarnya
penisku ketika memeluk ibu sedang mengeras, ingin sekali ku gesek-gesek
dipantat ibu tapi saya takut ibu marah selain itu saya takut dosa, karena
kebetulan saya juga aktif di rohis.
***
Belum genap dua bulan, ayah sudah pulang
membawa oleh-oleh dari Jakarta. Saya sangat senang sekali dibelikan baju dan
alat-alat tulis. Tapi saya juga sedih karena jika ada ayah dirumah, saya tidak
bisa tidur sekasur lagi dengan ibu. Terpaksa saya seminggu ini tidur memeluk
guling dikamarku sendiri.
Seperti biasa saya mengintip ayah dan ibu
bersetubuh, selama seminggu itu hanya dua kali ayah menyetubuhinya. Padahal
berbulan-bulan dikota tapi hanya dua kali menyetubuhi ibu.
Dan ibu pernah saya lihat menutup persetubuhan
itu dengan masturbasi menggesek vaginanya sampai orgasme. Saya heran, tidak
pernah sekalipun kulihat ayah menjilat vagina ibu, seandainya saya dalam posisi
ayah, sudah kulumat habis vagina ibu saya jilati.
Saya mengenal onani sejak berusia 12 tahun
hingga sekarang kebiasaan itu selalu rutin saya lakukan seminggu sekali atau
dua kali.
Ibu selalu menjadi fantasi saya ketika
melakukan onani, tak ada wanita lain yang membuat saya tergila-gila selain
ibuku sendiri. Padahal saya tahu ini salah, tapi yang namanya manusia pastilah
melakukan kesalahan.
Sebelum ayah pergi lagi ke kota, kami bertiga
pergi kesawah mengecek keadaan padi, setelah melihatnya ayah tersenyum
padi-padinya tumbuh dengan baik.
"Bagus nak padi kita tumbuh dengan baik
ayah bangga sama kamu bisa mengurus sawah ini.. kamu tau ayah tak bisa
lama-lama dikampung karena kita butuh uang untuk keperluan keluarga dan sekolah
kamu"
"Sawah ini biarlah saya dan ibu yang
mengurusnya, ayah dikota tak perlu khawatir biar saya yang mengurusnya"
"Karena ayah lama dikota, ayah titip
ibumu.. Jangan buat ibumu susah, buat ibumu senang ya nak?"
"Baik yah.. akan Anton jagain ibu yang
penting ayah tetap sehat disana.."
Sore harinya ayah pergi ke Jakarta lagi,
sengaja berangkat malam hari karena selain jalannya tidak terlalu macet, malam
hari udaranya dingin.
Kini tinggallah saya berdua dengan ibu lagi.
Kini ayah sudah tidak ada lagi dirumah merantau
ke Jakarta, tinggallah kami berdua sama ibu. Saya sangat senang bisa memeluk
ibu lagi dan tidur bersama dikamar yang sama dikasur seranjang.
Padahal seharusnya saya yang sudah dewasa tidak
boleh tidur bersama, seperti yang dikatakan ustadz² atau orang² yang berilmu.
Tapi ternyata saya dan ibu tidak menuruti
nasihat mereka, tetap saya dan ibu tidur bersama sekasur memeluk ibu.
Ketika penis saya mengeras dan menempel
dibelahan pantat ibu, ibu membiarkannya. Padahal dulu pertama penisku berada
tepat dipantatnya, ibu menggeser kedepan atau menegurku agar sedikit menjauhkan
pantatku.
Dulu tanganku hanya memeluk perutnya, kini saya
mulai sedikit menaikkannya keatas sehingga menyentuh bagian bawah peyudaranya.
"Ehem..!" Ibu mendehem
memperingatkanku agar tanganku menjauh dari payudaranya.
Saya berbisik ke ibu dibelakang lehernya,
"ibu gak suka Anton peluk?"
"Aku ibumu nak, kamu kok jadi manja begini
sih..?"
"Anton merasa nyaman dekat ibu... Sedikit
ya bu kupegang payudara ibu.."
"Ingat nak, hanya diluar saja megangnya,
ini sudah terlalu jauh.."
"Makasih Bu... Anton sayang ibu"
kupegang payudaranya dari luar, ibu sedikit menarik nafas, urat lehernya
terlihat tegang.
Saya memeluk ibu, tubuh ibu merapat ke tubuhku,
pantat ibu merapat ke selangkanganku, ingin ku angkat daster ibu lalu ku
masukkan penisku yang sudah tegang didalam celanaku.
Tanganku meremas lembut payudaranya dari luar,
nafas ibu mulai terasa berat dan seluruh tubuhnya terasa tegang kurasakan.
"Sudah nak ibu terasa gerah, kamar ini
terasa panas, ibu mau tidur" memang benar saya dan ibu sampai mengeluarkan
keringat. Jika kulanjutkan saya takut ibu marah, akhirnya kuhentikan remasanku
dipayudara ibu. Dengan kupeluk ibu dari belakang saya dan ibu bisa tidur juga
meskipun menahan gejolak syahwat yang mulai memanas.
Paginya ketika saya mau berangkat sekolah, ibu
mengatakan kepadaku bahwa ibu ingin tidur sendiri, sempat kutanyakan alasannya
kenapa tapi ibu hanya diam tak mau mengatakannya.
Akhirnya daripada saya dan ibu salah paham saya
mengalah untuk tidur pisah kamar, meskipun saya merasa kecewa ibu ingin saya
menjauhinya.
Disekolah saya merasa terganggu dengan kejadian
tadi pagi, tapi saya berusaha untuk tetap fokus belajar menyimak guru
menerangkan tulisan di white boardnya.
Sepulang sekolah seperti biasa saya mencium
tangan ibu dan membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumahnya. Tapi kali ini
berbeda dengan yang kemarin, saya sudah tak berani memeluk ibu lagi.
Ibu pun bertingkah seperti biasa tak
memperlihatkan kecanggungan didepanku, saya malah yang merasa asing di rumahku
sendiri dengan ibu.
Beberapa hari berlalu sampai dua Minggu saya
sudah merelakan ibu tak kupeluk lagi seperti dulu lagi, mungkin ibu merasa
risih anaknya sendiri bernafsu sama ibu kandungnya.
Biasanya didapur, diruang tengah sambil nonton
tv kupeluk ibu, tapi saya sudah tidak memeluk ibu lagi. Saya sengaja jaga jarak
dengan ibu agar tak terlalu dekat, ini demi kebaikanku dan ibu.
Walaupun saya bernafsu sama ibu, tapi saya
lebih mengutamakan mudaratnya (sesuatu yang merugikan) daripada keuntungannya
bagi diriku sendiri.
Tak apalah, mungkin fantasiku terlalu jauh,
sampai mau menjadi hubungan tabu. Saya dan ibu kembali seperti biasa mengobrol,
menyapa, dan membantu pekerjaannya.
Saya pergi kesawah sendiri memeriksa tanaman
padi takut dimakan burung, tentu sebelumnya saya minta ijin dulu sama ibu
sebelum berangkat.
Apa yang sudah saya lakukan sama ibu saya akui
salah, tapi belum saya sekalipun meminta maaf sama ibu meskipun selalu
mengobrol dan menyapanya.
Tiga Minggu sudah saya tak lagi memeluk ibu,
saya tidur pisah kamar, akhirnya saya menjadi terbiasa tak memeluk ibu meskipun
ingin kupeluk ibuku.
Bulan ini sudah memasuki musim hujan, dimalam
yang dingin ini terdengar suara petir menggelegar saling bersahutan diluar,
disertai hujan yang lebat.
Ku matikan lampu dikamar dan hanya lampu tidur
yang menyala disamping tempat tidurku, pikiranku sudah kemana-mana tapi
ujung-ujungnya pasti teringat ibuku.
Kini guling ini yang menjadi teman tidurku
sekarang, saya berusaha untuk tidur tapi tidak bisa. Tiba-tiba ada seseorang
yang membuka pintu kamarku, mungkin ibuku yang mau memeriksa apakah saya sudah
tidur atau belum.
Kakiku masih ku gerak-gerakkan memeluk guling
sambil menatap lampu tidur, lalu kudengar pintu kamar ditutup kembali, pelan.
Mungkin ibu sudah balik lagi ke kamarnya, tapi
dugaanku salah! Setelah kubalikkan badan kulihat ibu berdiri dipintu lalu
menghampiriku.
Saya duduk dipinggir kasur dengan ibu berdiri
didepanku, "Ibu?, Kok belum tidur Bu? Kataku ke ibu. Seperti biasa ibu
selalu memakai dasternya dirumah.
"Belum nak, ibu sudah beberapa Minggu ini
tak bisa tidur."
Kuraih tangan ibu lalu kududukkan ibuku
diranjangku, "Bu, kalau ibu ada masalah ceritain sama Anton... Anton akan
selalu ada buat ibu... Oiya Bu, Anton mau minta maaf sama ibu karena sering
memeluk ibu" masih kupegang tangan ibu, kulihat ibu seperti ada masalah
yang disimpan dihatinya.
Tiba-tiba ibu menangis meneteskan air mata lalu
memelukku erat sekali, sambil terisak-isak ibu semakin merapatkan tubuhnya
kedadaku, sampai kurasakan payudaranya menekan dadaku.
Beberapa menit memelukku tangisan ibu mereda
dan mulai tenang, pelukanku dilepaskannya tapi genggaman ibuku masih memegang
erat tanganku.
Lalu ibupun mulai bercerita,
"Nak, ibu tak tau harus mulai dari mana..
ibu tak tau apa yang ibu rasakan saat ini.. berbulan-bulan ibu tak dikasih
nafkah batin sama ayahmu, ibu masih bisa bertahan. Tapi, berhari-hari ibu tanpa
pelukanmu saja sudah membuat ibu tersiksa nak.."
Lanjut ibu, "kenapa kamu tak mau memeluk
ibu lagi nak? Waktu didapur sedang memasak, ibu sengaja memakai daster yang
paling bagus dan memakai wangi-wangian agar kamu memeluk ibu. Diruang tamu
bahkan didalam rumah ini yang ibu rindukan pelukan hangatmu nak, tapi kamu tak
kunjung memeluk ibu, ibu hampir putus asa dan dikamar ibu selalu menangis,
kenapa kamu yang ada dipikiran ibu bukan ayahmu?, Nak.. apakah ibu dimatamu
sudah tak menarik lagi?"
Ibu menatapku sambil terisak-isak, "Bu,
bukan Anton tak ingin memeluk ibu lagi, juga bukan karena ibu tak menarik
Dimata Anton... setelah kejadian beberapa Minggu yang lalu ketika ibu ingin
tidur sendiri, sebenarnya Anton sedih apakah ibu marah? Apakah ibu risih dengan
pelukanku ditubuh ibu. Jujur Bu Anton merasa nyaman dekat dengan ibu, ingin
kupeluk ibu tapi takut ibu marah kepadaku, Bu.. Anton sayang ibu.. tidurlah
disini bh.. Ibu jangan khawatir Anton takkan peluk ibu kok.."
Tiba-tiba ibu mencubit pahaku, "ihh dasar
gak peka..! Justru ibu kangen pelukanmu sayang..." Ibuku sampai ngambek
dan cemberut.
Rasa putus asa untuk tak memeluk ibu lagi, kini
tumbuh kembali. Saya dan ibu sudah sangat merindukan kedua tubuh ini menyatu
berpelukan, harapan baru semangat baru pada kami berdua, membuat kejadian yang
lalu akan terulang kembali.
Sambil kugenggam kedua tangan ibu saya berkata,
"Bu, apa menurut ibu Anton ini anak yang jahat?"
"Kenapa kamu bilang seperti itu nak? Kamu
anak ibu, tak ada sedikitpun dalam pikiran ibu kamu seperti itu sayang."
Kata ibu
Kataku, "Ibu yang selalu membela Anton
ketika ayah memarahiku.. ibu juga tak pernah marah ketika Anton membuat
kesalahan, kata-kata lembut ibulah yang selalu meluluhkan hatiku.. Bu, mulai
saat ini.. kamar ini juga milik ibu.. tidurlah disini Bu.. percayalah! Anton
takkan tega menyakiti ibu..."
"Iyaa, ibu percaya sama kamu nak... Ibu
yang melahirkan, ibu yang menyusuimu, ibu yang setiap saat menjagamu dengan
kasih sayang ibu.. tentu ibu percaya sama kamu sayang.."
Sambil kugenggam erat tangan ibu meyakinkannya,
kami saling bertatapan melihat wajah kami masing-masing. Saya mencoba mendekati
ibu mendekatkan wajahku, ibu diam ketika saya mendekatinya, kucium kening ibu
beberapa detik sambil kuhirup keningnya. Ibuku menarik nafas dalam sekali, saya
tak menyangka ciumanku dikeningnya membuatnya tenang.
Saya berdiri mendekati ibu, lalu saya angkat
tubuh ibu memangkunya, tangan kiriku mengangkat kedua kakinya, tangan kananku
mengangkat tubuhnya. Ibu merangkul leherku, kubawa ibu menuju ketengah kasur
lalu kurebahkan tubuh montoknya dikasurku yang lembut.
Suasana diluar begitu bergemuruh, hujan angin
dan suara petir yang saling bersahutan menggelegar, kilatan cahayanya sampai
terlihat dijendela.
Tapi saya dan ibu tidak memperdulikan itu, kami
sedang saling mencurahkan kasih sayang. Dikasur ini untuk pertama kalinya ibu
rebahan dikasurku, jarak tubuhku dan tubuh ibu hanya sejengkal saja.
Suasana semakin dingin tapi penisku malah
mengeras, untungnya saya memakai celana dalam dibalik kolorku yang kupakai.
Untuk sementara kubiarkan penisku didalam celanaku, jika kubiarkan keluar entah
apa saya sanggup menahannya.
Kupegang pipi ibu sambil mengelusnya, ibu
memejamkan matanya lalu tangan ibu memegang belakang telapak tanganku.
"Bu.. jika ibu merasa risih bilanglah
sekarang, jika ibu mau marah ungkapkanlah sekarang, karena sekarang Anton akan
memeluk ibu."
Ibu terlihat menelan ludahnya sambil memandang
wajahku, kudekatkan tubuhku lebih dekat lagi sampai kurasakan payudaranya ibu
menekan dadaku, kutindih pinggul ibu dengan kaki kiriku, kudekap tubuhnya erat
sekali sampai ujung hidungku menyentuh ujung hidung ibuku.
Akhirnya kuberanikan diri mencium bibir ibuku,
ibuku diam saja tak membalas juga tak melarangku. Tangannya memelukku dan
tanganku mengusap-usap punggungnya, tatapan matanya masih ada ketakutan dan
keraguan, seolah masih ada dinding yang tebal dan kokoh yang membuatku tak bisa
memasukinya.
Meskipun begitu saya tak mau membuat ibuku
ilfill kepadaku, jika ibu mempunyai dinding yang kokoh, maka saya punya
kesabaran yang melimpah.
Masih kuciumi ibuku tapi tetap tak membalas
ciumanku, kami saling bertatapan, memang ibuku masih terlihat ragu untuk
membuka hatinya.
Sepertinya antara rasa sayang, hawa nafsu dan
iman ibu sedang bertarung. Menerima ciumanku atau menolaknya,
"Jika ibu takut.. Anton akan
menghentikannya Bu.." aku menatap ibuku, saya ingin tahu apa yang akan ibu
lakukan.
Saya tidak mau membuat ibu seperti PSK,
menikmati tubuhnya tapi hatinya menangis. Saya ingin ibu pun menikmatinya tanpa
ada paksaan, akhirnya saya pun melonggarkan pelukanku pada ibu, ciumanku pun ku
hentikan.
Ketika kuangkat kakiku dari pinggulnya,
tiba-tiba ibu merangkulku erat dengan kepala yang menunduk, keningnya menempel
didadaku.
"Nak, ibu bingung harus bagaimana? Tolong
jangan lepaskan pelukanmu.. jangan buat ibu menangis sayang.."
Ku peluk lagi ibuku, sehingga tubuhnya merapat
denganku, "jika ibu percaya sama Anton yang takkan menyakiti ibu, maka
terimalah cintaku Bu, sungguh hanya ibu yang selalu ada di pikiranku.." ku
angkat wajah ibu sejajar denganku, saya menganggukkan pelan kepalaku memberi
kode ke ibu meminta ijinnya menciuminya lagi.
Dengan pelan kudekatkan wajahku menciumi ibuku
lagi, kini ibu mulai membukakan mulutnya sehingga lidahku menerobos masuk mulut
ibu, kini ibu mulai membalas ciumanku meskipun terasa canggung, tapi ini sudah
membuatku kembali bergairah mencumbui ibuku.
Memang terasa aneh juga menciumi ibu kandung
sendiri, tapi ada rasa penasaran yang besar pada diriku, bagaimana jika
kusetubuhi ibuku?.
Perasaan itu berkecamuk dalam hatiku, apa tidak
mengapa jika seorang anak kandung menyetubuhi ibu kandungnya? Sungguh
pertanyaan itu membuatku semakin penasaran saja.
Ketika spermaku membuahi sel telurnya ibu,
kedua gen yang sama menyatu lalu tumbuh menjadi sebuah janin, dan janin dari
hubungan incest tumbuh menjadi bayi. Sungguh sensasinya memikirkan itu semua
membuatku semakin bergairah.
Dihadapanku sedang kupeluk ibuku, tangan kami
saling merangkul, dadaku pun merapat dengan payudaranya ibu, mulutku menyatu
dengan ibu, bahkan saya sempat menelan ludahnya ibu dan itu membuatku seperti
sedang meminum cairan candu terenak. Hanya tinggal satu lagi, penisku belum
menyatu dengan vaginanya ibu.
Bersabar menunggu momen yang tepat untuk
menyatukan tubuh kami berdua, saya tetap berpegang teguh pada kesabaran, demi
meruntuhkan dinding pemisah yang membentengi antara hatiku dengan ibu, saya
harus ekstra sabar.
Saya tahu meskipun ibu tak pernah marah
kepadaku, menyayangiku dan mencintaiku, bukan berarti ibuku seorang wanita
murahan memberikan mahkotanya yang berharga yang hanya milik ayah, harus
diberikan kepada yang bukan haknya untuk dimiliki.
Ku elus-elus kepalanya lalu kuciumi lagi, nafas
ibu semakin berat dan hembusannya terasa panas. Bibirnya kuhisap dan lidahku
menari-nari didalam mulutnya ibu.
Ibu mulai membalas tarian lidahku, kini ibu
mulai menikmati satu dari ribuan jalan menuju penyatuan tubuhku dengan ibu.
Dinding kokoh ibuku mulai jatuh satu persatu
keraguannya, perjuanganku masih panjang menaklukan hati ibuku.
Saya mulai turun menjilati dan menghisap
lehernya, kedua kaki ibu sampai mengejang entah kenikmatan atau rasa geli, bisa
jadi keduanya bercampur menjadi satu dalam dirinya.
Ibu kini mengalami pengalaman semi bersetubuh
yang berbeda, entah apa yang ia rasakan seakan tubuhnya menerima darah
dagingnya sendiri menikmati dirinya.
Hatinya berontak tapi tak bisa menghentikannya
dengan tangannya atau berteriak mencoba menghentikannya. Sekujur tubuhnya
bergetar, air ludah anaknya terasa nikmat dan menjadi birahi yang tak
tertahankan. Pikirannya masih ingin tetap mempertahankan tubuhnya yang
berharga.
Rasa sayangnya pada anak satu-satunya begitu
dalam, tak tega rasanya melarang kesenangan anaknya. Tiba-tiba rasa sayangnya
sebagai anak bertumbuh menjadi nafsu yang menggebu-gebu, wajah suaminya seakan
hilang terhalang wajah anaknya yang membuat nafsunya mulai menyala.
Seandainya anaknya berusaha lebih keras lagi
tentu penis anaknya sudah berada didalam tubuhnya, tapi ternyata anaknya tidak
mau memaksakan kehendaknya sendiri untuk menyetubuhi dirinya yang sudah
diselimuti nafsu syahwatnya.
Rasa sayang, cinta, percaya dan kagum pada
anaknya berkumpul menjadi satu berbungkus birahi yang siap meledak!
Air hujan dan petir begitu bergemuruh diluar
seperti alunan musik yang merdu mengiringi percumbuanku dengan ibu.
"Nak, jujur ibu sudah tak kuat... Ahhh..
tapi tolong jangan dibuka baju ibu yaa nak?"
Ku hentikan ciumanku dilehernya, lalu ku tatap
ibu yang bibirnya sudah memerah dan basah, ibu menjilati bibirnya sendiri lalu
menelannya.
"Ibu jangan khawatir, Anton takkan menodai
ibu meskipun Anton sama tak kuat, percayalah bu, tapi boleh Anton menindih
ibu?"
"Hmm.. boleh nak selama pakaian ibu
menempel ditubuh ibu kamu boleh melakukan sesukamu, jujur ibu jatuh cinta sama
kamu sayang, jangan kecewakan ibu.."
"Sama Bu, Anton juga mencintai ibu.."
Tak kusangka ternyata ibu berani mengungkapkan
perasaannya ketika gejolak hawa nafsunya sudah menguasainya, akal pikirannya
sudah tidak terkontrol lagi.
Kini ibuku telentang memanjangkan kakinya
membentuk huruf V tapi tak terlalu lebar, saya pun mulai menaiki tubuhnya lalu
menindihnya.
Meskipun dasternya menutupi sekujur tubuhnya,
tapi sensasinya tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata, yang jelas kami berdua
sedang dikuasai gejolak syahwat masing-masing yang begitu dahsyat, sehingga
dibiarkannya mengalir apa adanya.
Saya sudah berjanji pada ibu untuk tak membuka
pakaiannya, tentu takkan ku langgar janjiku itu pada ibu. Karena ibuku bukan
PSK meskipun hampir sama.
Nafsu binatangnya mengalahkan imannya, saya pun
sudah tidak memperdulikan itu, yang penting bagaimana caranya saya mengeluarkan
spermaku didekat ibu.
Sambil menciuminya saya menggoyangkan pinggulku
diselangkangan ibu, menekankan penisku divaginanya yang terasa gemuk dan
hangat. Payudara ibu sesekali kuremas dan ku gigit gemas meskipun ada BH-nya.
Sekitar 40 menit kugoyang ibu diatasnya, sampai
tiba-tiba ibu mengangkatkan kakinya sehingga mengangkang dan menekan pantatku
kebawah, otomatis dasternya terangkat dan CDnya menyentuh celana kolorku.
"Aaaaaahhhh...Oouuhhhh...Eeemmmhh..!!"
Ibuku melenguh dan berteriak melepaskan
orgasmenya sampai ibu mencium dan menghisap mulutku, lalu kusengaja meludahi
mulut ibu ketika ibu menghisap mulutku, ternyata ludahku diminumnya dan
ditelannya bulat-bulat.
Saya sampai kaget! Nafsu ibu begitu besar dan
tak terkendalikan.
Setelah ibu tenang, ibu menangis sambil memeluk
leherku dan kedua kakinya masih mengunci pinggangku.
"Nak, kasih ibu kenikmatan seperti ini
setiap hari atau bahkan selamanya... Baru Kali ini ibu merasakan kenikmatan
yang tak bisa ibu kendalikan saking nikmatnya, air ludahmu pun seperti candu
buat ibu.. kamu anak ibu yang berharga sayang... Kamu belum keluar yaa
nak?"
"Belum Bu, Anton ingin ibu lebih dulu
merasakan kenikmatan itu... Bu, Anton juga jatuh cinta sama ibu, Bu boleh Anton
buka celanaku lalu Anton gesekkan diluar vagina ibu?"
"Jangan nak, ibu sedang subur ibu takut
hamil. Ibu kocokin aja yaa sayang..."
"Baik Bu..."
Saya tiduran disamping ibu dengan membuka
celanaku sampai lutut, penisku akhirnya terbebaskan dari penjara kolorku yang
sempit. Penisku berdiri tegak berurat dan besar, dengan panjang 18cm dan
sebesar gagang pengki yang kokoh.
Ibu duduk disamping pinggulku sejajar dengan
penisku, mata ibu terbelalak melihat penisku.
"Nak, ini penis kamu sayang?"
"Iya Bu, ibu boleh memegangnya.."
"Sungguh ibu tak menyangka, dikeluarga ibu
ada laki-laki yang penisnya sebesar ini.." ibuku memegang penisku sambil
menekan-nekannya.
"Besar mana sama ayah Bu?"
"Hush! Jangan ngomong begitu.. dia ayahmu
meskipun penisnya kecil" ibu keceplosan ngomong begitu.
"Maaf Bu, kocokin dong Bu gak kuat
nih..."
"Bentar nak, ibu masih penasaran pengen
lihat-lihat dulu yaa.."
Ibu meremas penisku sampai membuat penisku
menegang kuat, ibuku sampai menganga melihat penisku dihadapannya.
Diludahinya kepala penisku lalu dikocoknya agak
kencang, ibu tersenyum senang sekali seakan seperti bocah yang dapat mainan
baru.
Ternyata kocokan ibu nikmat sekali, jika
dibandingkan dengan onani dikamar mandi lebih nikmat kocokan ibuku sendiri.
Sampai akhirnya penisku tak bisa lagi menahan
tekanan didalam tubuhku, ketika mau keluar, penisku malah dicondongkan
kearahnya hingga muncrat berkali-kali spermaku mengenai mukanya, leher dan
dadanya yang mengenai daster ibu.
Ibuku kaget mukanya berlumuran spermaku yang
kental dan putih, tentu saya langsung sigap meminta maaf ke ibuku, "Maafin
Anton Bu gak sengaja kena muka ibu..."
"Ga apa-apa nak, ibu gak marah... Hanya,
baru kali ini sperma lelaki menyembur ke muka ibu, tapi anehnya kenapa ibu
malah menyukainya ya sayang..." Ibu membiarkan mukanya berlumuran
spermaku, saya berniat mengelapnya dengan bajuku, tapi ibu melarangnya malah ia
mengoles-oles wajahnya dengan spermaku sampai wajahnya terlapisi cairan
spermaku.
Saya merapikan celanaku lagi dan kupeluk ibuku
dari belakang, "makasih Bu, Anton sayang ibu... Anton berharap ibu tak
menyesal melakukan ini.."
"Ibu senang nak, biasanya ibu
bermasturbasi sehabis bersetubuh dengan ayahmu, tapi sekarang ibu tak
memerlukan lagi karena ada kamu nak, tolong rahasiakan ini jangan sampai orang
lain tahu termasuk ayahmu ya?!" Ibu merapatkan punggungnya kebelakang
sehingga saya memeluknya dari belakang.
Tak kusangka saya yang ikut rohis disekolah
berbuat tak senonoh dengan ibuku sendiri, dan saya pun tak menyangka ibu yang
rajin beribadah bisa luluh imannya oleh bujuk rayu anaknya.
Saya merasa berdosa sama ayah, ayah yang
mencari nafkah untuk keluarga, menyuruhku menjaga ibu, tapi malah saya
melakukan semi persetubuhan dengan ibu.
Demikianlah Artikel
Kusetubuhi Ibuku Disaat Ayah Kerja Part 2
Terimakasih sudah membaca kisah Kusetubuhi Ibuku Disaat
Ayah Kerja Part 2 dan nantikan update cerita sex lebih menarik
selanjutnya. Semoga artikel ini bisa menghibur.
Cerita Sex Kota, Film Semi, Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Seks Dewasa Indonesia, Kumpulan Cerita Mesum Sedarah, Cerita Seks Perumahan, Kumpulan Cerita Seks Indonesia, Cerita Seks Dewasa Melayu, Kumpulan Cerita Panas Dewasa, Cerita Dewasa Terbaru, Koleksi Cerita Panas, Cerita Birahi Sedarah, Cerita Dewasa Panas, Cerita Hot Dewasa, Cerpen Dewasa Panas, Cerita Panas Dewasa Malaysia, Cerita Dewasa Bergambar, Cerita Dewasa Sedarah Terbaru, Film Semi Korea, Cerita Birahi Pembantu, Kisah Ngentot Sama Pembantu, Cerita Seks Bergambar, Cerita Ngentot Bergambar, Cerita Dewasa Terbaru 2020, Cerita Dewasa Pembantu Muda, Kumpulan Cerita Seks Dewasa, Kumpulan Cerita Seks Terbaru, Rumah Seks Indonesia, Cerita Dewasa 18, Film Semi Jepang, Cerita Dewasa Sedarah Dengan Mama, Cerita Sex Kota, Kumpulan Cerita Seks Bergambar, Cerita Selingkuh Ngentot, Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru 2020, Cerita Sek Melayu Terkini, Cerita Lucah Melayu Terkini, Film Semi Barat, Koleksi Cerita Lucah Cikgu, Koleksi Cerita Seks Melayu, Koleksi Cerita Lucah Bahasa Melayu, Cerita Seks Cikgu Melayu, Cerita Dewasa Sek Ngentot Memek, Cerita Sex Kota, Film Dewasa, Cerita Seks Abg, Cerita Seks Indonesia Terbaru, Kumpulan Cerita Seks Abg, Cerita Sex Bergambar Indonesia, Cerita Hot Janda Muda, Cerita Sex Dewasa Bergambar, Kumpulan Cerita Dewasa Bergambar, Kumpulan Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru 2020, Kisah Seks Cerita Dewasa, Kumpulan Cerita Sedarah, Cerita Seks 2020, Gambar Sex Terbaru 2020, Cerita Dewasa Melayu Terbaru, Cerita Selingkuh Terbaru, Rumah Seks Indonesia Setengah Baya, Kumpulan Cerita Seks, Kumpulan Cerita Pembantu, Cerita Sex Cewek Abg, Cerita Sex Terkini, Rumah Seks Indonesia 2016, Cerita Ngentot Terbaru, Cerita Ngentot Pembantu, Cerita Seks Sedarah Terbaru
Comments
Post a Comment